SESI 2
Others refferences
• Moh. Nazid Phd., 2005,”Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia.
• Drs. MArzuki,MM.,2002,”Metodologi Riset”, FE UII, Yogyakarta.
• Prof. DR. Suharsimi Arikunto,2006,”Prosedur Penelitian”, PT.Rineka Cipta, Jakarta.
Ilmu, Penelitian dan Kebenaran
• Ilmu,Lahir dari rasa keingintahuan manusia.
• Definisi:
1. Pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum.(Moh. Nazid,2005)
2. Pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematis. (Moh. Nazis,2005)
3. Ilmu mencakup lapangan yang sangat luas, menjangkau semua aspek tentang progres manusia secara menyeluruh. Termasuk didalamnya pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis melalui pengamatan terus menerus yang telah menghasilkan kebenaran yang bersifat umum. (J. Maranon,1953)
4. Ilmu bukan saja merupakan himpunan pengetahuan yang sistematis, tetapi juga metodologi. Ilmu telah memebrikan metoda dan sistem, yang mana tanpa ilmu akan merupakan suatu kebutuhan saja(V.A.Tan, 1954).
Sehingga dengan Ilmu :
1. Dapat ditemukan materi-materi alamiah
2. Memberikan rasionalisasi sebagai huku alam.
3. Membentuk kebiasaan.
4. Meningkatkan keterampilan observasi, eksperimentasi, klasifikasi, analisis dan generalisasi
Dan ilmu akan terus berkembang dan membantu kemampuan
membentuk persepsi, dan membantu
Kemampuan berpikir secara logis (Penalaran).
Proses Berpikir
(Suatu refleksi yang teratur dan hati-hati)
• J. Dewey (1933) urutan proses berpikir sebagai berikut :
– Timbul rasa sulit (Sulit adaptasi terhadap alat, mengenal sifat, atau menerangkan hal yang datang tiba-tiba.
– Pendefinisian rasa sulit sebagai PERMASALAHAN.
– Muncul suatu kemungkinan pemecahan, reka-reka, hipotesis, teori sementara.
– Ide pemecahan diuraikan dengan rasional melalui pembentukan implikasi dengan jalan mengumpulkan data.
– Menguatkan pembuktian tentnag ide pemecahan dan menyimpulkannya melalui percobaan-percobaan atau keterangan-keterangan.
• Kelly (1930), urutan proses berpikir :
– Timbul rasa sakit
– Pendefinisian rasa sakit
– Mencari pemecahan sementara
– Menambahkan keterangan terhadap pemecahan masalah yang menuju kepada kepercayaan bahwa pemecahan masalah tersebut benar
– Percobaan / verifikasi eksperimental
– Penilaian terhadap hasil percobaan untuk menerima atau menolok alternatif pemecahan tersebut
– Memberikan pandangan ke depan / gambaran mental tentang situasi yang akan datang, untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat.
Kriteria berpikir secara nalar:
1. Ada unsur logis di dalamnya
• Tiap bentuk berpikir mempunyai logikanya sendiri.
• Berpikir secara logis mempunyai konotasi jamak (orang lain dapat menggunakan logikanya, menurut asumsi/persepsi yang lain)
2. Ada unsur analitis
• Kegiatan berpikir itu sendiri merupakan kegiatan analisis
• Sifat analitis merupakan konsekuensi dari adanya pola berpikir tertentu
berpikir secara ilmiah / berpikir ilmiah, berarti:
Melakukan kegiatan analisis dalam menggunakan logika secara ilmiah.
Merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif.
Penelitian
• Kamus webster’s New International :
Adalah penyelidikan yang hati-hati dan terus menerus dalam mencapai fakta dan prinsip-prinsip, penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
• Hillway (1956)
Suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hai-hati dan sempurna terhadap sesuatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.
Kaidah atau sifat Berpikir Ilmiah:
1. skeptik. Selalu mempertanyakan suatu kebenaran (teori) yg ada.
2. analitik. Selalu mencari hubungan-hubungan dari sesuatu yg diamati.
3. kritik. Memberikan justifikasi atau penafsiran dan pertimbangan terhadap temuan atau mungkin kesalahan dari hasil kajian sebelumnya.
Pendekatan Berpikir Ilmiah:
1. cara berpikir deduktif. Dari pernyataan (konklusi) yg berlaku secara umum kemudian ditarik konklusi secara khusus.
2. cara berpikir induktif. Utk memperoleh konklusi yg bersifat umum bertolak dari fakta-fakta yg bersifat khusus.
Alat utk mencapai pengetahuan tsb dinamakan syllogisme, atau argumentasi yg terdiri dari 3 proposisi (pernyataan yg menolak/membenarkan suatu keadaan) :
1. premis (asumsi/ dasar argumentasi) mayor atau minor.
2. premis minor.
3. konklusi.
Contoh pola pikir Deduktif:
1. Semua manusia pasti mati (premis mayor).
2. Presiden adalah seorang manusia (premis minor).
3. Jadi, presiden pasti mati juga (konklusi).
Contoh pola pikir Induktif:
1. Desa A di kec Ciboleger, Kab Lebak adalah desa miskin (premis minor).
2. Desa B di kec Ciboleger, Kab Lebak adalah desa miskin (premis minor).
3. Jadi, semua desa di kec Ciboleger, Kab Lebak adalah desa miskin (konklusi). à (premis mayor)
Ilmiah tidaknya penelitian dpt dilihat dari sistem dan metode yg digunakan. Peneliti harus bersifat obyektif dlm mencari jawaban permasalahan, dan prosedur yg dilakukan harus jelas, sistematis, dan terkontrol.
Beberapa karakteristik dari penelitian ilmiah, yaitu:
1. Objektif. Prosedur harus jelas. Keobyektifan penelitian ilmiah berhubungan erat dengan fakta-fakta dari hasil prediksi sebelumnya.
2. Empiris. Berkaitan erat dengan dunia dan dapat diukur. Kalaupun ada peristiwa abstrak, seyogyanya didefinisikan secara operasional,
3. Sistematis. Terkait dengan penelitian sebelumnya. Harus mengacu studi-studi sebelumnya. àmembantu upaya mengidentifikasi luasnya masalah dan faktor-faktor penting yg relevan dgnn studi. Dlm mengkaji literatur dan pelaksanaannya konsisten dan teratur.
4. Prediktif. Ilmu pengetahuan berhubungan dgn kondisi sekarang dan mendatang. Teori/model digunakan utk meramal perilaku masa mendatang. Suatu teori yg baik memiliki daya prediksi yg tinggi
Kadar ilmiah suatu penelitian dilihat dari segi:
1. kemampuannya memberikan pengertian yg jelas (understanding) tentang masalah yg diteliti,
2. kemampuannya untuk meramalkan (prediction), artinya sampai dimana kesimpulan yg dicapai bila data yg sama ditemukan di tempat lain atau di lain waktu.
Hasil suatu penelitian dapat menjadi ilmu pengetahuan jika temuan penelitian tsb telah disepakati banyak kalangan akademisi.
Karena keterbatasan manusia, pada dasarnya kebenaran ilmiah bersifat relatif karena apa yang dimaksud ”benar” tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Misalnya Benar menurut:
• Peraturan Perundang-undangan dan Hukum yang berlaku,
• Suara Mayoritas dan Minoritas (pemungutan suara di alam demokrasi),
• Makroekonomi vs Mikroekonomi
• Kebudayaan tertentu,
• Kitab-kitab suci, dll
Meskipun kebenaran ilmiah bersifat relatif tapi kita harus yakin bahwa ada kebenaran yg hakiki atau kebenaran mutlak ttg alam semesta ini. Untuk itulah kita perlu ilmu untuk memperoleh kebenaran yg hakiki tsb.
Pendekatan Lainnya
• Metode Positivisme (August Comte; 1798-1857). berpangkal kpd apa yg telah diketahui, yg aktual atau yg positif. Mengabaikan segala uraian atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta. à menolak metafisika, shg dlm filsafat ilmu dibatasi hanya pd segala yg tampak atau gejala-gejala saja.
• Metode Kontemplatif mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkannya cenderung akan berbeda-beda. Metode ini mengembangkan suatu kemampuan akal yang disebut intuisi. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi ini disebut cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh para nabi atau Imam Al-Ghozali.
• Reductio ad absordum, yang sering digunakan dalam matematika, mengasumsikan sesuatu salah dulu, kemudian jika sesuatu tersebut setelah dibuktikan ternyata benar maka sesuatu tersebut terbukti benar.
Rabu, 22 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar