Rabu, 28 Mei 2008

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN MENGGUNAKAN AHP

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN MENGGUNAKAN

METODE AHP (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS)

Pendahuluan

Dalam pengambilan keputusan tidak jarang ditemukan banyak faktor yang menjadi pertimbangan, sehingga menyulitkan untuk mengambil suatu keputusan yang terbaik. Pada keputusan yang hanya melibatkan sedikit faktor di dalamnya, maka keputusan dapat diambil secara intuitif (yang mendasarkan pertimbangannya pada pikiran atau pendapat yang keluar secara spontan dari seseorang). Namun pada pengambilan keputusan yang banyak melibatkan faktor, maka perlu digunakan suatu metode tertentu. Misalnya keputusan didalam menentukan strategi promosi perguruan tinggi, didalamnya terdapat faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan promosi. Faktor-faktor tersebut perlu diketahui kontribusinya terhadap strategi promosi, sehingga strategi promosi yang akan dilakukan dapat tepat mengenai sasaran.

Pada contoh yang lebih sederhana adalah ketika seseorang akan memutuskan untuk naik angkutan umum, didalamnya ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan diantaranya faktor keamanan, faktor kepadatan penumpang, ongkos dan faktor kemacetan. Orang yang lebih mementingkan keamanan, akan segera memilih angkutan umum yang secara fisik terlihat baik apakah itu padat atau melalui jalur macet. Namun ketika orang lebih memilih sebagai prioritasnya adalah kepadatan penumpang, maka mobil yang kondisi fisiknya bagaimana pun dan jalur macet pun akan memilih angkutan umum yang kosong. Atau diantara penumpang ada yang mensyaratkan kondisi tertentu, misalnya angkutan umum yang aman, tidak penuh dan tidak melalui jalur macet.

Dengan banyaknya faktor (Multifactors) dalam pengambilan keputusan khususnya keputusan strategis, maka penggunaan metode-metode kuantitatif yang tepat akan sangat dibutuhkan. Diantara metode tersebut adalah MultiFactor Evaluation Process (MFEP) dan Analytic Hierarchy Process (AHP).

MultiFactor Evaluation Process (MFEP)

Dalam metode MFEP ini pengambilan keputusan dilakukan dengan memberikan pertimbangan subyektif dan intuitif terhadap Faktor yang dianggap penting. Pertimbangan-pertimbangan tersebut berupa pemberian bobot (weighting system) atas multifactor yang terlibat dan dianggap penting tersebut. Langkah dalam metode MFEP ini yang pertama adalah menentukan faktor-faktor yang dianggap penting, yang selanjutnya membandingkan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh urutan faktor berdasarkan kepentingannya dari yang terpenting, kedua terpenting dan seterusnya.

Sebagai contoh akan diketengahkan pengambilan keputusan terhadap pilihan calon penumpang terhadap angkutan umum Bis, atau angkutan kota atau ojek. Faktor yang dianggap penting dalam pemilihan angkutan umum ini adalah Keamanan, kepadatan, ongkos dan jalur macet. Selanjutnya masing-masing faktor tersebut diberikan bobot sebagaimana pada Table 1.

Table 1 : Bobot untuk Faktor-faktor

Faktor

Bobot

Keamanan

0.40

Kepadatan didalam angkutan umum

0.25

Melalui jalur macet

0.15

Ongkos

0.20

Pada Tabel 1 calon penumpang dianggap tidak memiliki kesulitan dalam menentukan bobot faktor. Faktor keamanan menempati faktor terpenting pertama, diikuti oleh kepadatan didalam angkutan umum, ongkos dan melalui jalur macet.

Dimisalkan angkutan umum tersedia yaitu Bis, Angkotan Kota (Angkot) dan Ojek. Yang kemudian masing-masing jenis angkutan dievaluasi dan diberikan bobot (Bobot evaluasi berkisar 1 sampai dengan 9) sebagaimana pada Tabel 2.

Pada tahap berikutnya ditentukan total nilai evaluasi untuk masing-masing jenis angkutan umum (Tabel 3).

Contoh pada Tabel 2, menunjukan hasil penilaian dimana untuk masing-masing angkutan umum tersebut diberikan bobot terhadap factor-faktor penting yang telah ditentukan sebagaimana diberikan pada tabel 1.

Tabel 2 : Evaluasi faktor

Faktor

Bis

Angkot

Ojek

Keamanan

6

8

5

Kepadatan didalam angkutan umum

4

7

9

Melalui jalur macet

3

5

9

Ongkos

8

6

3

Pada Tabel 3 di bawah ini terlihat angkutan umum Bis memiliki total bobot evaluasi sebesar 5.45. dimana bobot evaluasi ini merupakan perkalian dari evaluasi factor dengan bobot faktornya.

Tabel 3. Evaluasi Faktor untuk Bis

Faktor

Bis

Bobot Faktor

Bobot evaluasi

Keamanan

6

0.4

2.4

Kepadatan didalam angkutan umum

4

0.25

1

Melalui jalur macet

3

0.15

0.45

Ongkos

8

0.2

1.6

5.45

Dengan cara yang sama seperti pada table 3, Table 4 menunjukan bahwa untuk angkot memiliki total bobot evaluasi sebesar 6.90, lebih besar dari angkutan umum bis.

Dari Tabel 5 diketahui bahwa untuk ojek memiliki total bobot evaluasi sebesar 6.2, yang berarti lebih kecil dari angkot dan lebih besar dari bis.

Berdasarkan Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 maka nilai total bobot tertinggi adalah angkot yaitu sebesar 6.90. Dengan demikian angkotan kota merupakan pilihan terbaik.

Tabel 4. Evaluasi Faktor untuk Angkot

Faktor

Angkot

Bobot Faktor

Bobot evaluasi

Keamanan

8

0.4

3.2

Kepadatan didalam angkutan umum

7

0.25

1.75

Melalui jalur macet

5

0.15

0.75

Ongkos

6

0.2

1.2

6.90

Tabel 5. Evaluasi Faktor untuk Ojek

Faktor

Ojek

Bobot Faktor

Bobot evaluasi

Keamanan

5

0.4

2

Kepadatan didalam angkutan umum

9

0.25

2.25

Melalui jalur macet

9

0.15

1.35

Ongkos

3

0.2

0.6

6.2

Analytic Hierarchy Process (AHP)

Metode pengambilan keputusan dengan AHP pertama kali dikembangkan pada tahun 1980, oleh Thomas L. Saaty dalam bukunya Analytic Hierarchy Process. AHP itu sendiri adalah merupakan proses dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan perbandingan berpasangan (Pairwise Comparisons) untuk menjelaskan faktor evaluasi dan faktor bobot dalam kondisi multi faktor. Dengan demikian AHP digunakan manakala keputusan yang akan diambil melibatkan banyak faktor, dimana pengambil keputusan mengalami kesulitan dalam membuat bobot setiap faktor tersebut.

Metode AHP menguji konsistensi anggapan terhadap suatu alternative dalam pengambilan keputusan, sehingga ketika ditemukan ketidakkonsistenan dalam memberikan anggapan atau bobot maka perlu dilakukan reevaluasi, terhadap bobot-bobot yang diberikan kepada setiap faktor. Untuk itu pada kondisi dimana terdapat kesulitan, baik metode MFEP maupun metode AHP, maka diperlukan asistensi dari para pakar dalam menentukan bobot suatu faktor.

Tahap pertama metode AHP ini adalah pengambil keputusan membuat urutan-urutan dalam pengambilan keputusan. Urutan-urutan ini menunjukan faktor yang dipertimbangkan sebagai alternative-alternatif dalam pengambilan keputusan. Tahap berikutnya digunakan perbandingan berpasangan, yang akan menghasilkan faktor bobot (weigth Factor) dan Faktor evaluasi (Evaluation Factor). Alternatif yang memiliki total weight score tertinggi adalah alternatif yang dipilih.

Faktor-faktor tersebut akan dibandingkan secara berpasangan dengan menggunakan skala berdasarkan urutan nilai dari status sama, diperkirakan aa sedikit lebihbaik, sampai makin besar lebih baik, nyaris lebih baik, hingga pasti lebih baik, sebagai berikut :

1—Equally

2—Barely better

3—Weakly better

4—Moderately better

5—Definitely better

6—Strongly better

7—Very strongly better

8—Critically better

9—Absolutely better

Pengambil keputusan memulai dengan membandingkan faktor Manajemen stasiun televisi, kemudian Jangkauan siaran, Teknologi yang digunakan dan biaya, sebagaimana terlihat pada Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 6 : Preferensi pengambil keputusan terhadap Manajemen stasiun televisi

Manajemen stasiun televisi

PT . A

PT. B

PT. C

PT. D

PT . A

2

5

5

PT. B

4

4

PT. C

3

PT. D

Tabel 7 : Preferensi pengambil keputusan terhadap Jangkauan siaran stasiun televisi

Jangkauan siaran stasiun televisi

PT . A

PT. B

PT. C

PT. D

PT . A

2

3

4

PT. B

5

5

PT. C

2

PT. D

Tabel 8 : Preferensi pengambil keputusan terhadap Teknologi stasiun televisi

Teknologi stasiun televisi

PT . A

PT. B

PT. C

PT. D

PT . A

3

3

4

PT. B

2

6

PT. C

3

PT. D

Tabel 9 : Preferensi pengambil keputusan terhadap biaya

Biaya

PT . A

PT. B

PT. C

PT. D

PT . A

2

2

3

PT. B

2

2

PT. C

3

PT. D

Berikutnya dengan menggunakan software criterium decisionplus, masing-masing faktor tersebut akan memperoleh priority, dimana priority terbesar adalah yang dipilih, dengan catatan, consistensi rasio lebih kecil dari 0.10. Bila terjadi konsistensi indeks lebih besar dari 0.10 maka perlu dilakukan evaluasi ulang terhadap bobot masing-masing faktor tersebut. Consistency Ratio yang lebih besar dari 0.10 menunjukan preferensi yang tidak konsisten dari pengambil keputusan.

Hubungan faktor-faktor dengan alternaifnya terlihat pada gambar 2, yang menunjukan bagaiman pemilihan stasiun TV dilakukan dengan memperhatikan kriteria faktor-faktor biaya, jangkauan siaran TV, manajemen stasiun TV dan teknologi stasiun TV, yang masing-masing ditetapkan untuk PT A, PT B, PT C dan PT. D yang akan dipilih.

Pada tahap berikutnya masing-masing faktor diberikan bobot sebagaimana pada tabel 6, 7, 8 dan 9. Bobot tersebut terlebih dahulu merubah modelnya menjadi AHP.

Kontribusi skor dari masing-masing faktor terhadap pemilihan stasiun TV terlihat pada Tabel 10, yang total skor untuk masing-masing stasiun TV dapat dilihat pada gambar 4.

Dalam Tabel 10 kriteria yang dimiliki oleh PT. A, terlihat lebih baik dibandingkan dengan stasiun TV lain.

Kesimpulan

1. Penggunaan Metode AHP memungkinkan pengambil keputusan dapat melihat keunggulan-keunggulan dari masing-masing alternatif pada kriteria tertentu, sehingga alternatif yang memiliki skor terbesar merupakan pilihan terbaik.

2. Dalam pemberian bobot untuk setiap faktor atau kriteria, diperlukan konsistensi sehingga ketika ditemukan Consistency ratio yang lebih besar dari 0.10, maka perlu dilakukan reevaluasi terhadap faktor-faktor tersebut.

3. AHP dapat digunakan ketika faktor-faktor yang mempengaruhi relatif cukup banyak, sehingga penilaian terhadap satu faktor terhadap alternatifnya membutuhkan konsistensi untuk mendapatkan pilihan terbaik.

4. Dalam pemberian bobot memerlukan data atau informasi yang akurat, untuk itu dapat dilakukan fogus group antara unsur terkait dalam pengambilan keputusan, sehingga bobot yang diberikan terhadap suatu faktor dapat lebih tepat.

5. Selain menggunakan software Criterium Decisionplus, metode AHP, juga dapat dilakukan dengan menggunakan microsoft excel.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Hidayat & Gatot Prabantoro,”Memilih Vendor Pengembang Sistem Informasi Manajemen Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus Pengembangan Sistem Informasi Akademik STIE Indonesia)”, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi di UII Jogjakarta, 19 Juni 2004.

John R. Grandzol, Bloomsburg University of Pennsylvania, “Improving the Faculty Selection Process in Higher Education: A Case for the Analytic Hierarchy Process” Professional Development, Informational Resources & Networking IR Applications Volume 6, August 24, 2005

Nurhayati Ma’mun, MSc, “Penerapan metode AHP, Penentuan posisi sekolah dalam lingkup Universitas BHMN”,Business Review MBA-ITB, Vol.2.no.2.2007.

Siti Latifah, Prinsip-prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process, Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Univresitas Sumatera Utara, e-USU Reposritory 2005 Universitas Sumatera Utara.